VICKY SIANIPAR in JFFF, LA PIAZZA
Horas!!! Hahah, mungkin itu kata yang pas buat ngegambarin keceriaan Rabu malam kemarin yang dialami oleh Amet dan Gurpaq(20/05/09). Yup, di acara Jakarta Fashion & Food Festival yang bertemakan Loca Fore di La Piazza, Kelapa Gading, Vicky Sianipar naik panggung sebagai pengisi acara. Amet dan Gurpaq sih Cuma numpang nongkrong doang, ngak jajan apa-apa, padahal ada festival jajanan, hehehe.
Pas kita mau beli minum, tau-tau udah kedengran suara musik berdentum di panggung, dan, wow, ternyata Vicky Sianipar sudah main. Membawakan musik-musik pop yang dibalut isntrumen etnik seperti kendang dan suling sunda, gondang batak, juga jembe. Sungguh luar biasa, dengan gaya panggung seperti anak-anak band kebanyakan, Vicky Sianipar cs sukses membawakan lagu-lagu bernuansa daerah dari Batak, Papua, Betawi, juga Sunda tapi tidak terdengar terlalu tradisional, malah modern. Musiknya-pun update banget sama musik-musik jaman sekarang, sehingga anak-anak muda masih bisa nerima. Dengan total enam orang instrumentalis (termasuk Vicky sendiri) dan tiga orang vokalis, Vicky cs tetap semangat memain musik-musik daerah yang mungkin masih asing di telinga kita semua(music pop dari album terbarunya juga, lho).
Sambil sesekali berkomunikas dengan penonton, jelas sekali bahwa Vicky Sianipar memiliki harapan yang besar terhadap generasi muda supaya mencintai musik-musik tradisional negerinya sendiri, setidaknya tahu dan mau mengenal. Vicky juga sempat berguyon bahwa namanya “Vicky Sianipar”, bukan “Vicky ajah”. Hehehe…salah satu bentuk sindiran terhadap anak-anak muda Batak yang tidak mau mamembawa nama marganya.
Walaupun suasana cukup meriah, penonton terlihat agak malu-malu untuk menikmati musik. Beberapa kali para vokalis mengajak tapuk tangan ataupun melompat sambil menari, tapi tak ada yang berani lompat-lompat dan tepuk tangan dengan semangat. Kalaupun ada mungkin Cuma Amet sama Gupaq doang yang ‘emang ngak tahu malu, hwakakakak…..Entah mereka (para penonton) merasa tengsin untuk menikmati musik tradisional -yang padahal sudah dibalut dengan jenis musik yang mainstream-, atau karena mereka kurang paham musik tradisional yang dibawakan oleh Vicky cs? Yah, whatever, lah, ini jadi Pe-eR kita semua untuk melestarikan dan bangga akan musik tradisional negeri sendiri (bukan negeri tetangga) dan memperkenalkannya kepada generasi muda.
Akhinya, setelah membawkan Sinanggar Tulo versi Linkin Park, dan Alusia Au,-yang sanggup membuat penonton ikut bernyanyai dan menjadi orang Batak malam itu- konser berakhir. Gurpaqpun langsung membeli 3 buah VCD konser Vicky Sianipar untuk menambha koleksinya, dan kita pada pulang, deh. Bang Vicky, lanjutkan perjuanganmu melestarikan warisan musik tradisional negeri sendiri, kami selalu mendukungmu. Horas!!!
210509
Pas kita mau beli minum, tau-tau udah kedengran suara musik berdentum di panggung, dan, wow, ternyata Vicky Sianipar sudah main. Membawakan musik-musik pop yang dibalut isntrumen etnik seperti kendang dan suling sunda, gondang batak, juga jembe. Sungguh luar biasa, dengan gaya panggung seperti anak-anak band kebanyakan, Vicky Sianipar cs sukses membawakan lagu-lagu bernuansa daerah dari Batak, Papua, Betawi, juga Sunda tapi tidak terdengar terlalu tradisional, malah modern. Musiknya-pun update banget sama musik-musik jaman sekarang, sehingga anak-anak muda masih bisa nerima. Dengan total enam orang instrumentalis (termasuk Vicky sendiri) dan tiga orang vokalis, Vicky cs tetap semangat memain musik-musik daerah yang mungkin masih asing di telinga kita semua(music pop dari album terbarunya juga, lho).
Sambil sesekali berkomunikas dengan penonton, jelas sekali bahwa Vicky Sianipar memiliki harapan yang besar terhadap generasi muda supaya mencintai musik-musik tradisional negerinya sendiri, setidaknya tahu dan mau mengenal. Vicky juga sempat berguyon bahwa namanya “Vicky Sianipar”, bukan “Vicky ajah”. Hehehe…salah satu bentuk sindiran terhadap anak-anak muda Batak yang tidak mau mamembawa nama marganya.
Walaupun suasana cukup meriah, penonton terlihat agak malu-malu untuk menikmati musik. Beberapa kali para vokalis mengajak tapuk tangan ataupun melompat sambil menari, tapi tak ada yang berani lompat-lompat dan tepuk tangan dengan semangat. Kalaupun ada mungkin Cuma Amet sama Gupaq doang yang ‘emang ngak tahu malu, hwakakakak…..Entah mereka (para penonton) merasa tengsin untuk menikmati musik tradisional -yang padahal sudah dibalut dengan jenis musik yang mainstream-, atau karena mereka kurang paham musik tradisional yang dibawakan oleh Vicky cs? Yah, whatever, lah, ini jadi Pe-eR kita semua untuk melestarikan dan bangga akan musik tradisional negeri sendiri (bukan negeri tetangga) dan memperkenalkannya kepada generasi muda.
Akhinya, setelah membawkan Sinanggar Tulo versi Linkin Park, dan Alusia Au,-yang sanggup membuat penonton ikut bernyanyai dan menjadi orang Batak malam itu- konser berakhir. Gurpaqpun langsung membeli 3 buah VCD konser Vicky Sianipar untuk menambha koleksinya, dan kita pada pulang, deh. Bang Vicky, lanjutkan perjuanganmu melestarikan warisan musik tradisional negeri sendiri, kami selalu mendukungmu. Horas!!!
210509
Komentar
Posting Komentar