Satu Setengah Tahun
Sud ah cukup lama sejak terakhir aku melukiskan perasaanku tentangnya, sepertinya satu setengah tahun telah berlalu. Namun mimpi-mimpi akan dia sering muncul kala kuterjaga di bawah malam, bahkan beberapa hari lalu ia masih mampir ke dalam mimpiku, meski, yaaa... dia tetap bersama pria itu.
Hari-hari terus berjalan, perlahan aku mulai membiasakan diri tanpanya: tanpa kehadiran, suara, bahkan pesan singkat. Kami telah putus hubungan dan dengan berbagai cara ia menolak untuk kembali berhubungan. Biarlah terjadi, nothing to lose kalau kata orang bule, dan aku selalu mencoba untuk tulus kehilangannya.
Hingga kini belum ada penggantinya, bahkan orang yang mirip dengannya. Hanya saja sering kutemui laku orang lain yang mengingatkanku padanya; sifatnya yang keras kepala dan tak mau mengalah ditambah sedikit pengertian seorang kakak dan ibu. Dan yang paling sering mengingatkanku padanya adalah perempuan-perempuan dengan rambut menggulung bak mi instan yang belum dimasak.
Tak ada lagi pelukan hangat saat lemah, kopi hitam saat bekerja, tawa riang saat senang, marah saat emosi tak terkendali. Ah sudahlah, masa itu telah berlalu. Cukup menjadi cerita, bagian dari perjalanan hidup. Bagian dari pengalaman mengenal seseorang. Kelak kami bertemu kembali, pertemukanlah pada saat yang indah dan saling memaafkan.
22 Februari 2014
Komentar
Posting Komentar