SEBERMULA ADALAH KATA

Pramoedya Ananta Toer pernah bilang, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakt dan dari sejarah". Pernyataan ini saya pegang betul-betul, setidaknya bisa jadi bahan pecutan untuk tetap menulis, maupun pembenaran mengapa saya menulis. Karena saya sadar, saya bukan orang besar. Bukan juga orang berpengaruh, atau orang yang punya kuasa dan tahta. Saya hanya orang biasa, yang lahir dari keluarga biasa dengan latar pendidikan biasa dan pergaulan biasa-biasa saja. Tapi saya sadar bahwa saya terlahir sebagai seorang introvert yang melankolis sehingga memiliki gaya komunikasi ke dalam dengan beragam ide dan pemikiran yang terus-menerus dilahirkan. Dan, menulis merupakan salah satu cara untuk menampung ide dan pemikiran tersebut sebelum diwujudkan ke dalam sebuah karya.

Namun sayang, tujuh tahun belakangan saat saya mendapat pekerjaan baru, kebiasaan menulis perlahan ditinggalkan. Sebab menulis butuh waktu dan energi, sementara pekerjaan saya saat itu membuat saya kehilangan keduanya.

Meski begitu saya tidak benar-benar berhenti menulis. Di dalam pekerjaan saya masih mencatat, membuat copywriting maupun bodycopy untuk iklan,  membuat jurnal maupun menulis naskah untuk pertunjukan --tidak benar-benar disebut sebagai seorang penulis karena saya hanya sebagai mediasi dari ide besar boss sawa waktu itu--, bahkan saya masih menulis naskah untuk beberapa proyek komik bersama teman dan membuat caption untuk beberapa postingan di sosial media.

Menulis sebagai terapi. Seiring perkembangan teknologi jaringan, saya terbiasa menulis yang singkat-singkat saja melalui berbagai postingan di kanal sosial media, yang tentu saja, sifatnya spontan dan terbatas. Bukan hanya terbatas jumlah karakter, tapi juga keleluasaan dalam menumpahkan ide. Lama-kelamaan, kemampuan untuk menyajikan data berupa tulisan yang lengkap dan terstruktur luntur, dan saya harus membiasakan diri lagi untuk bisa menulis secara utuh dan terstruktur.

Sekaranglah saatnya untuk kembali menulis: sudah tidak terikat dengan pekerjaan lagi, lingkaran yang dulu tertutup terbuka kembali dan jalan untuk berbagai hal semakin terbuka lebar. Saya perlu menulis. Bukan hanya sebagai katarsis. Tapi saya memang perlu menulis untuk merekam segala ide, pemikiran, gagasan hingga curhatan yang di kemudian hari akan berguna. Setiap buah dari pemikiran harus dituangkan terlebih dahulu ke dalam sebuah kata. Bahkan menggambar pun berawal dari kata. Maka, "sebermula adalah kata" merupakan falsafah yang tak dapat dielakkan. Sekali lagi, menulis itu perlu. Bukan hanya agar ide dan pemikiranmu tercatat, lebih jauh agar namamu diingat.


*Ngomong-ngomong, kalau ada yang pernah dengar kutipan "Sebermula adalah kata" tolong masih tahu ya, dari mana aslanya.

Foto: Ester Agustina


Bekasi, 23 Oktober 2020

2:15

Komentar

Postingan Populer