TERBIT SETELAH CEMAS
Terbayar sudah kerja keras yang saya (kami) kerjakan selama sebulan pas. Ya, tanggal 1 Mei lalu, saya, Beng, Zarki, Errie dan Ecan rapat untuk membicarakan tentang Koran Samali yang akan diterbitkan menjelang ulang tahun Akademi Samali, seklaigus penyusunan timeline perjalanan komik Indonesia yang akan akan mengisi display pada acara Zona Cergam Indonesia di Grand Indonesia (21-30 Mei 2010).
Sejak hari itu kami sama-sama kerja untuk menyelesaikan Koran Samali dan timeline perjalanan komik Indonesia. Sementara Zarki mengurus penyusunan timeline, sisanya mengurus Koran Samali. Mulai dari pengumpulan materi, penyusunan layout dan halaman, serta menghubungi para kontributor untuk mengisi kolom di Koran Samali.
Prose pengerjaan Koran Samali berjalan lebih dari dua minggu. Untuk menyusun tabloid sebanyak 18 halaman seukuran A4 mungkin bisa dibilang lama. Hal ini wajar karena kami semua, para redaksi, mengerjakan tabloid ini pada sisa waktu kami sepulang ngantor, sebab kami semua juga bekerja. Ecan dan Eri ngantor di perusahaan desain, saya sedang jadi freelance ilustrator di daerah Kebayoran, Beng juga banyak ngurus kerjaan Aksam dan komik yang lain. Sering saya dkk nginep dan lembur sampai dini hari demi mengejar deadline, padahal paginya berangkat ngantor. Tapi akhirnya semua berjalan lancar. Oh ya, Wahyu Hidayatz dan Injun juga ikut membantu!
Lalu tiba H-1 menuju Zona Cergam Indonesia, dan kami semua berangkat ke Grand Indonesia untuk loading barang dan memajang display time line –Zarki nggak ikut karena ngejar deadline kerjjan yang lain. Kami, yang sejak awal sudah semangat dan girang mati-matian, tiba-tiba ngedrop abis karena ada beberapa hal yang ternyata mengancam keberlangsungan event Zona Cergam Indonesia. Batal? Ya, batal! Malam itu juga diputuskan untuk ,membatalkan acara. Tapi the show must go on dan kami tetap memajang display time line perjalanan komik Indonesia (yang disusun oleh Zarki). Kami pulang dengan gondok dan dongkol. Tapi kenyataannya, acara tetap berjalan dan tidak seperti yang kami khawatirkan.
Meskipun acara ini diadakan hampir seminggu, sayang sekali saya hanya bisa datang pada hari terakhir karena hari biasa saya selesai ngantor baru malam. Dan tadi sore, di Grand Indonesia, saya melihat kemeriahan Zona Cergam Indonesia. Kebetulan agendanya peluncuran komik “Explora” karya David Tandayu, sekaligus talkshow yang membahas tentang pentingnya jaringan dalam komunitas komik. Setelah talkshow selesai, kami semua membaur. Sebagaian ngobrol-ngobrol sambil temu kengen, sebagian cari-cari kenalan baru (saya salah satunya, ehehehehe), serta diisi oleh pengunjung yang lalu-lalang di bazar komik.
Saya melihat bahwa komik di Indonesia memang sedang bangkit dan bergairah. Terlihat dari animo pengunjung serta kawan-kawan yang datang. Sekalipun spot yang kami pakai untuk acara ini terbilang sepi karena toko-toko di sekitarnya belum beroperasi ditambah lokasinya yang agak menjauh ke belakang, sehingga tidak menjadi pusat tujuan, banyak juga orang-orang yang melihat-lihat dan beli komik-komik di bazar, semuanya komik lokal! Bukan itu saja, display time line juga laris dilirik.
Dari sekian banyak orang yang datang, saya merasa benar-benar “masih baru”. Bisa dibilang saya anak bawang di dunia komik. Karena selain belum menerbitkan komik, pergaulan saya juga belum begitu luas. Saya kepengin juga lho, ketika datang ke acara-acara komik seperti datang ke acara reunian dimana kita bisa saling bertegur sapa dengan akrabnya, atau tau-tau duduk dan langsung ngobrol tanpa canggung. Jadi saya nggak terlalu banyak terlibat dalam obrolan kawan-kawan yang lain. Tapi saya dapat kenalan baru disitu yang dikenalin oleh Errie. Seorang kolumnis di harian The jakarta Post yang juga sudah membuat komik bertema esipionase berjudul Fifth Collumnist. Namanya Andrea Tejokusumo. Eh, dia ngasih merchandise berupa ilustrasi komik buatan dia lho. Hihihi, jadi nggak enak, belum beli komiknya tapi udah dapat bonusnya.
Tapi diantara orang-orang yang baru saya temui, ada seorang yang sangka saya bisa ngobrol dan ketemu; Hikmat Darmawan! Salah seorang pendiri Akademi Samali yang juga seorang pengamat film. Saya salah satu orang yang seuka membaca blognya dan mengikuti komen-komennya di facebook. Banyak sekali wawasan yang saya dapatkan serta info-info yang penting saya ketahui. Karena sebelumnya saya cukup sering nge-tag notes-notes saya ke dia dan saling komen, sayapun merasa akrab dan gak canggung. Sambil ngobrol lalu-lalang, Hikmat juga mendukung kesukaan saya menulis serta ngomporin saya supaya menerbitkan novel grafis (komik) seperti kawan-kawan komik lainnya. Selain itu Hikmat juga meyakinkan saya supaya rajin (rutin) bikin komik strip. Well, masukan-masukan yang membuat saya nambah semangat.
Akhirnya acara selesai dan kami beres-beres. Ada banyak kesan mendalam sore itu. Pertama, Koran Samali habis. Kedua, ramainya suasana dan penjualan bikin saya optimis dan tergugah untuk serius bikin komik. Ketiga, masukan-masukan yang membuat saya terpacu untuk rajin dan ruitn ngomik. Keempat, kerja kami untuk acara ini akhirnya terbayar.
Untuk selanjutnya, saya nggak sabar nungguin acara-acara komik lagi. Selain nambah temen, setidaknya saya pasti akan dapet semangat baru untuk ngomk. Hidup komik Indonesia!
31 Mei 2010
Sejak hari itu kami sama-sama kerja untuk menyelesaikan Koran Samali dan timeline perjalanan komik Indonesia. Sementara Zarki mengurus penyusunan timeline, sisanya mengurus Koran Samali. Mulai dari pengumpulan materi, penyusunan layout dan halaman, serta menghubungi para kontributor untuk mengisi kolom di Koran Samali.
Prose pengerjaan Koran Samali berjalan lebih dari dua minggu. Untuk menyusun tabloid sebanyak 18 halaman seukuran A4 mungkin bisa dibilang lama. Hal ini wajar karena kami semua, para redaksi, mengerjakan tabloid ini pada sisa waktu kami sepulang ngantor, sebab kami semua juga bekerja. Ecan dan Eri ngantor di perusahaan desain, saya sedang jadi freelance ilustrator di daerah Kebayoran, Beng juga banyak ngurus kerjaan Aksam dan komik yang lain. Sering saya dkk nginep dan lembur sampai dini hari demi mengejar deadline, padahal paginya berangkat ngantor. Tapi akhirnya semua berjalan lancar. Oh ya, Wahyu Hidayatz dan Injun juga ikut membantu!
Lalu tiba H-1 menuju Zona Cergam Indonesia, dan kami semua berangkat ke Grand Indonesia untuk loading barang dan memajang display time line –Zarki nggak ikut karena ngejar deadline kerjjan yang lain. Kami, yang sejak awal sudah semangat dan girang mati-matian, tiba-tiba ngedrop abis karena ada beberapa hal yang ternyata mengancam keberlangsungan event Zona Cergam Indonesia. Batal? Ya, batal! Malam itu juga diputuskan untuk ,membatalkan acara. Tapi the show must go on dan kami tetap memajang display time line perjalanan komik Indonesia (yang disusun oleh Zarki). Kami pulang dengan gondok dan dongkol. Tapi kenyataannya, acara tetap berjalan dan tidak seperti yang kami khawatirkan.
Meskipun acara ini diadakan hampir seminggu, sayang sekali saya hanya bisa datang pada hari terakhir karena hari biasa saya selesai ngantor baru malam. Dan tadi sore, di Grand Indonesia, saya melihat kemeriahan Zona Cergam Indonesia. Kebetulan agendanya peluncuran komik “Explora” karya David Tandayu, sekaligus talkshow yang membahas tentang pentingnya jaringan dalam komunitas komik. Setelah talkshow selesai, kami semua membaur. Sebagaian ngobrol-ngobrol sambil temu kengen, sebagian cari-cari kenalan baru (saya salah satunya, ehehehehe), serta diisi oleh pengunjung yang lalu-lalang di bazar komik.
Saya melihat bahwa komik di Indonesia memang sedang bangkit dan bergairah. Terlihat dari animo pengunjung serta kawan-kawan yang datang. Sekalipun spot yang kami pakai untuk acara ini terbilang sepi karena toko-toko di sekitarnya belum beroperasi ditambah lokasinya yang agak menjauh ke belakang, sehingga tidak menjadi pusat tujuan, banyak juga orang-orang yang melihat-lihat dan beli komik-komik di bazar, semuanya komik lokal! Bukan itu saja, display time line juga laris dilirik.
Dari sekian banyak orang yang datang, saya merasa benar-benar “masih baru”. Bisa dibilang saya anak bawang di dunia komik. Karena selain belum menerbitkan komik, pergaulan saya juga belum begitu luas. Saya kepengin juga lho, ketika datang ke acara-acara komik seperti datang ke acara reunian dimana kita bisa saling bertegur sapa dengan akrabnya, atau tau-tau duduk dan langsung ngobrol tanpa canggung. Jadi saya nggak terlalu banyak terlibat dalam obrolan kawan-kawan yang lain. Tapi saya dapat kenalan baru disitu yang dikenalin oleh Errie. Seorang kolumnis di harian The jakarta Post yang juga sudah membuat komik bertema esipionase berjudul Fifth Collumnist. Namanya Andrea Tejokusumo. Eh, dia ngasih merchandise berupa ilustrasi komik buatan dia lho. Hihihi, jadi nggak enak, belum beli komiknya tapi udah dapat bonusnya.
Tapi diantara orang-orang yang baru saya temui, ada seorang yang sangka saya bisa ngobrol dan ketemu; Hikmat Darmawan! Salah seorang pendiri Akademi Samali yang juga seorang pengamat film. Saya salah satu orang yang seuka membaca blognya dan mengikuti komen-komennya di facebook. Banyak sekali wawasan yang saya dapatkan serta info-info yang penting saya ketahui. Karena sebelumnya saya cukup sering nge-tag notes-notes saya ke dia dan saling komen, sayapun merasa akrab dan gak canggung. Sambil ngobrol lalu-lalang, Hikmat juga mendukung kesukaan saya menulis serta ngomporin saya supaya menerbitkan novel grafis (komik) seperti kawan-kawan komik lainnya. Selain itu Hikmat juga meyakinkan saya supaya rajin (rutin) bikin komik strip. Well, masukan-masukan yang membuat saya nambah semangat.
Akhirnya acara selesai dan kami beres-beres. Ada banyak kesan mendalam sore itu. Pertama, Koran Samali habis. Kedua, ramainya suasana dan penjualan bikin saya optimis dan tergugah untuk serius bikin komik. Ketiga, masukan-masukan yang membuat saya terpacu untuk rajin dan ruitn ngomik. Keempat, kerja kami untuk acara ini akhirnya terbayar.
Untuk selanjutnya, saya nggak sabar nungguin acara-acara komik lagi. Selain nambah temen, setidaknya saya pasti akan dapet semangat baru untuk ngomk. Hidup komik Indonesia!
31 Mei 2010
Komentar
Posting Komentar