BERHENTI MEROKOK? BISA NGAAK, YA




Sudah beberapa bulan ini saya mengurangi konsumsi rokok. Bukan karena sakit, dilarang, apalagi karena ngaak punya uang. Nggak tau kenapa, selera dan keinginan untuk merokok tiba-tiba saja berkurang. Yang jelas, setelah bulan Maret, perlahan-lahan saya mengurangi rokok. Pertama, waktu itu saya sedang jadi ilustrator lepas di sebah studio yang nggak bileh merokok di ruangan studio. Padahal orang-orangnya banyak yang merokok. Kedua, setelah sering kumpul dan nongkrong sama anak-anak Aksam, saya kebawa-bawa nggak ngerokok karena di sana nggak ada yang ngerokok. Dan sekarang, saya juga sedang jadi ilustrator lepas di studio yang nggak boleh ngerokok di dalam ruangan.

Pernah malam hari di studio saya minta rokok sama Tomas, rekan satu proyek saya dan saya cuma habis sampai setengah batang. Kebetulan saya merokok sendirian dan waktu itu malam semakin larut, bawaannya pengen cepet-cepet pulang. Sepertiny saya tidak bisa menikmati rokok malam itu, dan sampai sekarang belum menghisap rokok lagi.

Baik merokok atau tidak, saya tidak merasakan adanya perbedaan yang signifikan. Entah itu perbedaan pada kesehatan atau keuangan. Dari dulu saya merasa sehat dan kuat jalan kaki berkilo-kilo. Dari dulu saya juga selalu merasa cukup dengan uang yang saya punya. Kalaupun ada perubahan, sejak satu setengah bulan terakhir berat badan saya nambah sampai 5 kg. Saya nggak tau ini akibat mengurangi konsumsi rokok, atau disebabkan konsumsi makan saya bertambah? Soalnya di studio saya kerja sekarang nggak pernah kekurangan makanan.

Tapi saya merasa senang karena tidak ketagihan merokok lagi. Ada beberapa alasan yang saya kurang suka dari merokok :

1. Satu bungkus rokok saya habiskan kira-kira dalam seminggu. Dan biasanya, kalau rokok sudah dibuka selama beberapa hari rasanya 'udah nggak enak.
2. Saya males beli rokok ketengan karena mesti bolak-balik ke warung. Saya paling males ke warung kalo nggak terpaksa.
3. Sampai sekarang saya masih bingung menentukan merek rokok favorit. Sempet jadi pemakai Dji Sam Soe, tapi berhenti karena rokoknya terlalu enak dan nggak bisa sebentar untuk menikmatinya. Pernah nyobain rokok-rokok mild (A-Mild, U mild, Star Mild, dll) tapi jadi kelewat entang setelah nyobain Dji Sam Soe. Beralih ke Sampoerna Hijau, cuma sering banget saya dapetin cita rasa rokoknya berkurang. Paling alternatifnya Djarum Super atau Surya Pro. Cuma saya ngerasa seperti generasi tua ngerokoin dua merek tersebut.
4. Kemarin-kemarin saya sering menghabiskan waktu di rumah,dan di rumah saya ada dua anak kecil dan dua saudara perempuan yang tidak merokok. Saya gak suka ngerokok di depan anak-anak dan saya nggak mau saudara perempuan saya terkena hembusan asap rokok saya.
5. Paling males minta api sama orang di jalan, dan saya nggak bisa awet kalo punya korek. Bukannya anti sosial, tapi, sejujurnya saya paling nggak bisa menyapa orang yang tidak saya kenal (makanya nggak ngerasa berbakat jadi sales).

Selain kelima faktor di atas, ada faktor-faktor lain yang bersifat umum tapi tidak berlaku buat saya. Dalam masyarakt umum, ada saat-saat tertentu yang paling enak menikmati rokok :

1. Saat buang air besar. Emang enak, ngisep rokok sambil ngeluarin kotoran, tapi gak enak juga kan waktu nimatin aroma rokok tau-tau kecium bau eek. Lagian bingung mau naro rokok dimana pas cebok. Kalo diselipin di mulut mata saya keperihan nahan asap rokok.
2. Setelah makan. Buat saya hal paling senak setelah makan ya boker, nggak ada lagi. Lagipula, kalo abis makan ditimpa rokok, cita rasa makanan yang tertinggal di mulut dan lidah langsung ilang dong ketiban aroma rokok.
3. Setelah bangun pagi. Saya heran ngeliat orang-orang yang ngerokok setelah bangun pagi, sekalipun ditemani kopi dan gorengan. Untuk orang Indonesia, merokok di pagi hari bertemankan kopi dan gorengan adalah pagi yang sempurna. Tapi saya nggak kuat. Pagi-pagi yang saya cari adalah air putih. Minum air putih secukupnya untuk mengganti cairan tubuh yang hilang sewaktu tidur sekalian ngebasahin tenggorokan. Kalo gitu mana bisa saya ngerokok pagi-pagi, di saat kerongkongan tenggorokan kering dan mulut masih bau. Ngopi pagi-pagi aja pilih-pilih, kalo bisa jangan kopi hitam.

Dari situ saya ngerasa aneh karena kebiasaan merokok saya tidak sama dengan orang kebanyakan. Tapi ada juga saat dimana saya betul-betul menikmati rokok, yang pada akhirnya membuat saya tidak merokok :

1. Saat stres dan mengalami tegangan tinggi. Biasanya kalu load kerjaan lagi numpuk atau lagi BT berat. Cuma masalahnya, keseringan saya mengalaminya tengah malam, disaat warung-warung 'udah pada tutup dan saya jarang megang stok rokok. Kalo mau rokok tengah malam ya jalan agak jauh ke depan. Males banget, dah.
2. Nunggu bis atau kereta. Daripada bengong, ya, nggak, secara saya nggak pernah ngajak orang ngobrol di jalan. Tapi yang paling nyebelin kalo bia atau kereta yang ditunggu tiba-tiba dateng. Rugi banget metiin rokok,dan ribet nyari tempat untuk matiin rokok. Saya nggak biasa buang puntung rokok di tengah jalan, dan saya paling males nggak nyaman ngerokok di dalam kendaraan umum, takut ngeganggu penumpang lainnya.
3. Bekerja dalam konsentrasi tinggi. Kadang-kadang sih, hanya saja, karena saya banyak bekerja di depan layar komputer dan kertas, kalau sambil merokok otomatis kena mata saya asapnya. Dan abu rokoknya suka berantakan kemana-mana. Saya paling males ngebersihinnya.

Karena banyaknnya poin-poin di atas, saya jadi jarang beli rokok. Kalau mau ngerokok saya selalu minta sama temen. Tapi minta melulu juga gak enak. Mau beli males, karena sebenarnya saya nggak mau menghisap terlalu banyak juga. Beli rokok enggak, minta juga enggak, jadinya nggak ngerokok, deh.

Sebenernya, jauh di dasar lubuk hati saya yang terdalam dan paling sempit, terselip keinginan untuk berhenti merokok. Bukan apa-apa, saya cuma males ngebayangin kalau ternyata istri saya (di masa mendatang) sangat benci dengan rokok. Saya juga gak mau anak-anak saya belajar merokok karena melihat ayahnya merokok. Dan, satu hal yang paling kontradiktif, saya sendiri tidak suka bau asap rokok.

Merokok atau tidak, itu keputusan tiap orang. Berhenti atau mau terus, terserah masing-masing orang. Saya juga gak berani jamin kalo suatu hari saya menghisap rokok lagi. Dan saya gak berani mastiin apakah saya dapet istri seorang perokok atau bukan. Hanya saja, jelas-jelas saya merasakan kenikmatan ketika menahan diri untuk tidak merokok dan tidak membeli rokok. Dan perlu diingat (sekali lagi), saya mengurangi (nyaris berhenti) rokok bukan karena sakit apalagi kekurangan uang. Walau banyak temen-temen yang berhenti merokok karena alasan kesehatan atau keuangan, saya tidak merokok karena pengin aja, gak ada yang nyuruh apa lagi maksa. Jadinya saya nggak bisa nyuruh siapapun atau maksa seseorang untuk berhenti merokok, toh rokok dan merokok tidak selamanya buruk, bahkan mendatangkan banyak keuntungan. Semua orang juga tahu itu ^^

05 Juni 2010

Komentar

Postingan Populer