Pemerintah, Muhamadiyah dan Opini Publik; Beda Jangan Diusik
Sejak kemarin, (Senin 29 Agustus), di timeline twitter tak henti-hentinya saya mendengar kicauan para twips yang mempertanyakan hari apa Lebaran, Selasa atau Rabu? Bukan hanya pengguna akun pribadi, beberapa media massa juga memperbaharui beritanya mengenai kapan jatuhnya Lebaran yang diambil dari berbagai sumber. Dari screening yang saya lakukan, baik menyimak twit dari para pengguna pribadi maupun media, mereka memperdebatkan mengapa antara pemerintah dan Muhamadiyah memiliki perbedaan pandangan dalam menentukan jatuhnya Idul Fitri. Bukan itu saja, saya juga lihat selintingan ada yang mengaitkannya dengan Ahmadiyah. Yang terjadi selanjutnya (masih mengikuti timeline twitter serta membuka tautan-tautan yang diposting oleh media), pihak Muhamadiyah tetap dengan pilihannya, yaitu berlebaran pada hari Selasa (30/8), sedangkan pemrintah menetapkan Idul Fitri jatuh pada hari Rabu(31/8).
Namun yang menarik bagi saya bukanlah soal perbedaan antara Muhamadiyah dengan pemerintah atau perdebatan sejenisnya, melainkan opini publik. Tentu saja “publik” yang saya maksud disini adalah pengguna twitter dan pendapat masyarakat yang dimuat di media. Sebagain ada yang menyesalkan mengapa pemerintah terlambat dalam menentukan jatuhnya Idul Fitri, karena berkaitan dengan hidangan Lebaran yang sudah disiapkan. Ada yang menyayangkan dengan diundurnya Lebaran banyak makanan yang dimasak tidak sedap lagi bila dikonsumsi Lebaran esok harinya sehingga mubazir karena kadung dimasak untuk hari ini.
Tapi dibalik nada kekecewaan seperti cerita di atas, masih banyak ungkapan yang tetap positif menanggapinya, setidaknya itu yang saya temukan di timeline twitter. Para pengguna twitter banyak yang nge-twit kalau perbedaan tersebut bukan masalah. Kapanpun Lebarannya bukan problem dan siapa saja bebas menentukan mau Lebaran kapan dan ikut siapa. Tampak bahwa para twips menghargai perbedaan yang ada, bahkan ada yang “salut” dengan pemerintah karena tidak ikut-ikutan Malaysia maupun Saudi Arabia yang berlebaran tanggal 30 Agustus.
Dari hasil screening dan pengamatan kecil-kecilan saya di dunia maya, saya melihat kontradiksi antara kalangan atas (pemerintah, ormas-ormas agama Islam) yang notabene berlaku sebagai pihak yang menentukan kapan jatuhnya Lebaran dengan kalangan bawah (masyarakat), sebagai pihak yang menerima dan menjalankan keputusan. Sementara kalangan atas yang terdiri dari kaum intelek asik berdebat, kalangan bawah asik-asik saja. Mungkin kadar tanggung jawab yang menyebabkan tensi kalanga atas lebih tinggi ketimbang kalangan bawah yang tidak ikut menentukan kapan Lebaran. Hingga akhirnya Subuh lewat, kicauan para twips soal kapan Lebaran mulai mereda. Sebagain orang ada yang berlebaran hari ini, dan sebagain baru berlebaran besok.
Akhirnya, Idul Fitri 1432 Hijriyah kali ini menjadi momen Lebaran yang dawali dengan sedikit kejadian unik. Perdebatam di kalangan atas yang disikapi dengan bijak oleh kalangan bawah. Ucapan Selamat Idul Fitri pun tetap mengalir. Bukan antar umat Muslim saja, umat non Muslin juga ikut mengucapkan. Dan Lebaran kali ini mengajarkan hal sederhana yang kerap dijadikan persoalan; bahwa perbedaan adalah hak setiap orang yang harus dihormati. Karena dengan adanya perbedaan, mencerminkan bahwa masih ada akal, sebab kata “beda” muncul dari proses berpikir, dan sejatinya manusia adalah makhluk berpikir. Perbedaan membuat orang belajar untuk saling menghargai dan saling dukung. Perbedaan bukanlah alasan untuk timbulnya pertentangan. Ketaksepahaman karena berbeda, selayaknya membuat kita belajar menjadi lebih bijak karena dari paham yang berbeda-beda ada sesuatu yang bisa diambil hikmahnya.
Selamat berlebaran bagi yang berlebawan tanggal 30 maupun tanggal 31. Berlebaran hari Selasa maupun Rabu tiada beda. Semoga perbedaan pendapat menjadikan kita lebih cerdas dan kritis. Oh, ya, satu lagi yang mungkin bukan “sesuatu” tapi menarik, hari ini banyak yang santap sahur dengan ketupat dan opor ayam padahal rencananya untuk Lebaran:)
*Ini hanya catatan kecil dan opini pribadi dan tak bermaksud menyudutkan pihak manapun. Saya sengaja tidak menyinggung apa penyebab perbedaan pendapat kapan Idul Fitri karena kapasitas saya memang belum sampai situ
6:17 am 30 Agustus 2011
Komentar
Posting Komentar