GALAU TIDAK MELULU SOAL SOMEONE

Sudah hampir pukul 2 dini hari saat saya mulai mengetik ini. Mata masih enggan untuk terpejam.Bukan karena tidak mengantuk atau sulit terpejam akibat kafein. Seperti ada yang berkecamuk di dalam hati dan pikiran; sejauh ini sudah sampai mana pencapaianku?

            Hampir sebulan sejak usiaku genap 28 tahun. Laiknya lelaki kebanyakan di mata masyarakat, umur segitu masih terbilang “muda” dan masih banyak waktu untuk bersantai dan senang-senang. Bukan hanya pikiran lelaki saja, bahkan para perempuan pun mengamini paradigma seperti itu. Ya memang, tidak seperti perempuan yang secara alami akan mengalami fase menopause, dimana bertambahnya usia bisa menjadi hal yang sangat krusial –mengingat masa subur perempuan yang terbatas--, lelaki yang akan selalu ‘subur’ kadang mengabaikan bertambahnya usia. Saya pun mengalaminya, masa dimana hidup begitu santai dengan prinsip “serahkan pada hari esok” hingga tak sadar kalau hari esok telah terlampaui.

            Seorang sahabat, perempuan, darinya saya selalu teringat akan “hari esok”; berapa banyak tabungan yang saya miliki, apa jaminan masa depan kalau suatu saat saya tidak bekerja lagi, bagaimana tetap dapat bersenang-senang tanpa harus bermasalah dengan keuangan, hidup sederhana tanpa harus kikir dan belangsak.

            Katakanlah saya menikah 3-5 tahun lagi berarti umur saya 31-33. Pertanyaan besar: sudah punyakah biaya untuk menikah? Adakah tabungan untuk pendidikan anak? Simpanan biaya persalinan maupun hal-hal tak terduga pasca pernikahan? Biaya memiliki rumah dan kendaraan yang suatu saat akan mengantarkan saya dan keluarga pergi jalan-jalan atau mengantarkan anak sekolah di kala hujan? Memang benar orang menikah itu pasti ada saja rejekinya. Tapi bukankah lebih baik rejeki itu mulai dicadangkan jauh-jauh hari?

            Motor saya rusak dan belum sempat diperbaiki, sedang di saat yang sama saya sedang belajar mengemudikan mobil. Saya sudah sangat jarang menggambar karena memang tidak terlalu dibutuhkan, sementara saya semakin dekat hal berbau musik dan sangat antusias belajar piano dan/atau biola. Sampai saat ini saya belum memiliki computer jinjing pribadi tapi sedang menikmati betapa menyenangkannya menggunakan MacBook Pro, laptop yang sangat saya idam-idamkan.

            Bukan tidak mungkin saya ‘pensiun dini’ dari status pengendara motor menjadi pengendara mobil. Tak menutup kemungkinan juga keahlian yang saya miliki dari belajar musik kelak membantu saya menjadi manusia “kaya” karena mencapai hampir semua minat dan keinginannya. Atau saya tak perlu memiliki sesuatu untuk bisa menikmati dan mengoptimalkan manfaatnya.

            Perlahan tapi pasti penghasilan terus bertambah tapi nominal di rekening seolah stagnan. Bukan perkara berapa jumlah yang dihasilkan, tapi bagaimana mengatur apa yang saya terima tiap bulan. Sepertinya cara kejam layak diterapkan: titipkan di tempat yang tak bisa diambil dengan mudah kecuali kepepeeeet, banget.

            Ah, sudah jam 2 lewat 7 dini hari. Sepertinya tidak ada point yang benar-benar penting ditulis di atas. Yang pasti, nasihat-nasihat sahabat perempuan saya itu akan selalu diingat dan dijalankan –sejauh memang itu yang terbaik–, kalaupun lupa karena nggak inget atau tidak dijalankan, setidaknya saya tahu ada seorang yang pernah mengingatkan untuk melakukan hal baik dan mengajarkan agar selalu bersyukur.

            Okelah, sepertinya mata sudah harus dipejamkan. Besok, Sabtu & Minggu saya akan penuh dengan jadwal dari pagi hingga malam. Semoga kehidupan selalu lebih baik, dengan orang-orang baik di sekeliling yang mendukung menuju arah lebih baik.



Bekasi, 02:13 WIB

27.09.214

Komentar

Postingan Populer