HANNY

"Hanny." Begitu dia dipanggil. Sosok gadis ramah nan pendiam, rajin dan penuh semangat. Aku menyadari “kehadiran” anak kelas 3 SD ini lewat beberapa foto pentasnya. Dari wajahnya terpancar sosok seorang prima ballerina.

Foto: Irmanelly
Sering saat saya bersama guru balletnya, kami membicarakan soal Hanny. Bocah yang gemar membaca ini ternyata anak yang sangat disiplin, pekerja keras dan perfeksionis. Ia akan uring-uringan bila lupa dengan pelajaran balletnya dan akan segera bertanya kepada gurunya. Ia akan menurut bila gurunya memintanya latihan lebih keras dibandingkan teman-teman setingkatnya dan haus akan ilmu baru. Selalu memiliki waktu luang satu jam sebelum kelas dimulai yang ia manfaatkan untuk pemanasan, sesekali membaca buku dan mengerjakan tugas sekolah. Dan ia tidak terima bila nilai ulangan di sekolahnya tidak mendapat angka 100!

Suatu waktu saat musim latihan pentas, para penari yang mendapatkan peran utama berlatih bersama di studio pusat, tempat saya bekerja. Sebagai PIC (person in charge) selama latihan berlangsung, saya selalu mendapatinya tiba di studio 2 jam lebih awal, dengan seragam lengkap serta rambut sudah tertata rapi, seolah sudah siap untuk pentas. Meski datang paling awal dan menghabiskan waktu paling banyak di studio dibanding teman-teman lainnya, ia tetap penuh semangat sekalipun harus pulang cukup larut dan harus menghadapi sekolah esok paginya.

Lalu saat para pemain hendak berlatih untuk dubbing, Hanny begitu cepat menguasai dialog dan tak ia tak segan membantu teman-teman lain untuk membacanya. Ia begitu ramah dan mudah membaur dengan pemeran utama lainnya yang sebagian besar berasal dari sanggar cabang lain.

Kerja keras terbayar. Ia tampil memukau pada saat pementasan. Para penonton yang didominasi orang tua murid bertanya-tanya “siapa dia?”, dan begitu kagum akan penampilannya. Hingga akhirnya ia diminta untuk pindah kelas di pusat dan naik kelas ke tingkat yang lebih tinggi.

Ada rasa senang begitu mendengar kabar ia akan pindah kelas di pusat. Semacam ada kerinduan bertemu seorang anak yang begitu mengagumkan. Ada rasa rindu bertemu dengan gadis yang sangat menginspirasi walau cuma seorang bocah kelas 3 SD. Kehadirannya selalu membuatku menunggu. Ya, aku ‘jatuh hati’ padanya. Mengaguminya, dan ingin selalu berada di dekatnya. 

Kini kau masih amat belia dan terus tumbuh bagai pohon yang baru mencuat, menembus permukaan tanah mengejar sinar mentari. Suatu hari kelak saat kau dewasa, apapun pilihan hidupmu, mau menjadi apa nanti, tetaplah rendah hati dan memiliki keinginan keras untuk belajar. Selalu ramah dan mau melayani siapa saja, serta menjadi berkat bagi orang-orang sekitar.

Selalu bersinar dan jadi yang terbaik. 


5 April 2015

Komentar

Postingan Populer