Mouse, Si Kecil yang Terlupakan (Kecil Gak Selamanya Remeh )
Belum ada seminggu saya mengganti mouse komputer saya dengan mouse yang baru karena mouse yang pertama rusak. Saya pikir slot PS2-nya yang rusak, ternyata mouse-nya yang nggak jalan setelah saya coba di komputer lain. Padahal lampunya masih nyala, lo
Karena nggak mau menjadikan mouse rusak sebagai alsan malas ngerjain PR saya lantas mengganti mouse yang lama dengan optical mouse merek Genius warna hitam dengan slot USB seharga Rp. 42.000. Cukup mahal karena ada mouse yang harganya cuma Rp. 19.000. Lucu, sih, warna-warni, tapi ngeri ba'al. Dan mouse baru saya ini, wow, enak banget! Tekstur body-nya nyaman di telapak tangan. Ukurannya pas di genggaman walau bantalan tombolnya tidak seempuk yang lama.
Jujur saja, selama beberapa hari saya kelimpungan dan nggak bisa ngerjain PR gara-gara mouse rusak. Nggak bertkutik sama sekali. Padahal mouse cuma aksesori kecil yang dengan mudahnya bisa di plug & play, harganya cukup terjangkau, dan tidak masuk dalam daftar spek komputer ketika kita merakit komputer yang kebanyakan mengutamakan kinerja prosesor. Seolah mouse itu makhluk terlupakan.
Namun siapa sangka, si kecil ini memegang peranan sangat vital. Bayangkan bila mendesain, mengedit musik, video, bahkan internetan tanpa mouse? Pasti repot dan nyebelin. 'Emang sih, kita masih bisa memaksimalkan fungsi keyboard tanpa adanya mouse, tapi siapa sih yang mau buang-buang waktu dengan hal konyol seperti itu?
Setelah saya memakai mouse yang baru saya mengusap syukur alhamdulillah. Aktifitas berkomputer ria berjalan lancar dan saya mengambil hikmah dari peristiwa rusaknya sang mouse. Betapa hal sekecil apapun dalam sebuah sistem, atau organisai misalnya, bisa jadi memiliki peranan yang sangat penting. Juga waktu sesingkat apapun menjadi sangat berharga karena waktu yang lewat dengan kesia-siaan sebenarnya adalah kerugian. Jadi tak selamanya yang penting itu harus besar. Yang kecil pun tak selamanya remeh, karena kecil tetap punya peranan tak tergantikan.
10 Oktober 2010
Karena nggak mau menjadikan mouse rusak sebagai alsan malas ngerjain PR saya lantas mengganti mouse yang lama dengan optical mouse merek Genius warna hitam dengan slot USB seharga Rp. 42.000. Cukup mahal karena ada mouse yang harganya cuma Rp. 19.000. Lucu, sih, warna-warni, tapi ngeri ba'al. Dan mouse baru saya ini, wow, enak banget! Tekstur body-nya nyaman di telapak tangan. Ukurannya pas di genggaman walau bantalan tombolnya tidak seempuk yang lama.
Jujur saja, selama beberapa hari saya kelimpungan dan nggak bisa ngerjain PR gara-gara mouse rusak. Nggak bertkutik sama sekali. Padahal mouse cuma aksesori kecil yang dengan mudahnya bisa di plug & play, harganya cukup terjangkau, dan tidak masuk dalam daftar spek komputer ketika kita merakit komputer yang kebanyakan mengutamakan kinerja prosesor. Seolah mouse itu makhluk terlupakan.
Namun siapa sangka, si kecil ini memegang peranan sangat vital. Bayangkan bila mendesain, mengedit musik, video, bahkan internetan tanpa mouse? Pasti repot dan nyebelin. 'Emang sih, kita masih bisa memaksimalkan fungsi keyboard tanpa adanya mouse, tapi siapa sih yang mau buang-buang waktu dengan hal konyol seperti itu?
Setelah saya memakai mouse yang baru saya mengusap syukur alhamdulillah. Aktifitas berkomputer ria berjalan lancar dan saya mengambil hikmah dari peristiwa rusaknya sang mouse. Betapa hal sekecil apapun dalam sebuah sistem, atau organisai misalnya, bisa jadi memiliki peranan yang sangat penting. Juga waktu sesingkat apapun menjadi sangat berharga karena waktu yang lewat dengan kesia-siaan sebenarnya adalah kerugian. Jadi tak selamanya yang penting itu harus besar. Yang kecil pun tak selamanya remeh, karena kecil tetap punya peranan tak tergantikan.
10 Oktober 2010
Komentar
Posting Komentar