Aku dan Perempuan



(gambar pernah dimuat di: http://darbe.deviantart.com/gallery/?offset=24#/d1fh6zz)

Suatu hari, waktu nongkrong di acara kumpul komunitas, seorang teman perempuan mengatakan sesuatu kepada saya yang saat itu sedang asik merajut. Dia bilang kalau saya bisa membuat perempuan merasa nyaman dan senang berada di dekat saya, makanya saya disenangi kaum perempuan. Alasan dia bilang begitu adalah dimanapun saya berada di tengah-tengah acara, entah itu kumpul komunitas, pameran, bazar, maupun kumpul-kumpul lainnya, saya selalu bersama seorang perempuan. Baik yang sudah kenal atau pun yang baru kenal. Hm, setengah percaya setengah enggak, yang jelas pernyataan dia membuat saya ge-er, terlebih yang ngomong juga perempuan.

Sadar atau tidak, kenyatannya memang begitu. Di tiap acara yang saya datangi ada saja seorang perempuan untuk saya dekati, atau setidaknya jadi teman malam itu. Teman ngobrol atau sekadar muter-muterin galeri melihat karya yang dipamerkan. Seolah-olah saya memang datang bersama dia. Tak tahu mengapa, hal ini (mendekati perempuan) terjadi secara alami, dan tentunya perempuan yang (sengaja) saya dekati adalah teman saya. Kejadiannya bisa: sudah janjian untuk bertemu atau ketemu di tempat acara. Kalau sudah begitu, apalagi kalau teman saya itu datang sendiri, kemungkinan besar saya akan bersamanya hingga ia pulang. Mencoba mendampinginya saat itu untuk menemaninya, karena saya sendiri suka malas pergi-pergian ke suatu acara kalau nggak ada temannya.

Kebiasaan berganti-ganti teman wanita di tiap acara ada enak dan enggaknya. Enaknya gak bosen karena orangnya dia-dia melulu. Nggak enaknya, ya nggak ada teman yang “setia” menjadi teman pergi. Dan pada kenyatannya, saya emang tidak punya “teman tetap” yang bisa menjadi teman saya pergi mendatangi acara-acara. Itulah mengapa saya bebas mengajak siapa saja untuk datang ke sebuah pameran, misalnya. Mencoba membuat janji dengan sesorang, dan membuat janji dengan orang lainnya bila yang pertama tidak bisa didapat janjinya. Sah-sah saja, dan tidak ada yang marah.

Lama saya berpikir, kesannya saya ini cowok yang gatel, nggak bisa negliat cewek nganggur 'dikit. Ya nggak, lah. Sebatas teman muter-muter aja. Lagipula saya nggak akan mendekati perempuan yang nggak saya kenal, secantik dan sekeren apapun dia. Saya hanya akan jalan bersama orang yang sudah saya kenal dan saling tahu, kecuali kalau ada yang minta ditemani, kalau bisa akan saya temani.

Dan saya berpikir sekali lagi mengenai kebiasaan saya ini. Kebebasan yang saya miliki untuk jalan dengan teman perempuan, siapa saja, adalah keuntungan karena saya bebas memilih dan tidak ada yeng mengikat. Tapi di sisi lain, apakah hal ini sebagai indikator kalau saya tipe cowok yang nggak setia? Dua hal ini bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi saya nggak punya teman jalan tetap, pacar misalnya, tapi di sisi lain tidak ada yang melarang-larang saya mau jalan dengan siapa.

Well, apapun itu, itulah takdir yang saya jalani. Mungkin ini semacam “grasi” karena saya nggak punya pacar. Atau mungkin, saya ditakdirkan jomblo melulu karena faktanya, dengan kejombloan yang saya sandang, saya makin terpacu untuk membuat karya. Motivasinya, ya, supaya ada cewek yang ngelirik karya saya, suka karyanya, dan akhirnya suka dengan orangnya. Pernah dulu waktu saya pacaran, produktivitas menurun. Pikirannya pacaran dan ketemuan melulu. Male ngapa-napain dan pengennya cuma berduaan. Walhasil banyak waktu dan, uang yang terbuang. Tapi kalau sekarang, karena nggak ada pacar, satu-satunya saya mencai pelarian adalah dengan berkarya, karena disana saya bisa “bercumbu” dengan sangat intim. Merasa berada di dunia luar realita. Menjadi sesuatu yang liar dan tak tersampaikan di alam nyata.

Tapi jujur saja, walau menyenangkan berganti-ganti teman di tiap kesempatan, saya juga ingin punya satu orang teman. Tapi kalau belum dapat, ya sudah, akan datang saatnya saya punya “satu orang teman saja”. Suatu saat mungkin.



11 April 2011

Komentar

  1. gyahahaha. curhat sejati! mantap, mas! lebih enak lagi bisa bebas merdeka mengajak siapapun meskipun sudah berpasangan *serakahnamanyaya*. well, selama tidak merugikan ALIAS (nantinya) pihak "yang sudah tetap" itu ngga merasa rugi atau keberatan, saya rasa pun msih sah saja, toh :D.

    BalasHapus
  2. @Ariela: hm,..hehehhe, iya juga, sih, selama ajakannya gak menyerempet ke hal-hal yang merugikan kedua belah pihak :-D. Toh banyak,kan, dalam hubungan profesional yang kaya begitu^^

    Eh, Rie pake blogspot juga?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer