CHINESSE WOMEN;AN EXOTIC GOD'S CREATURE
Diantara sekian banyak keturunan wanita di dunia, gw selalu terpesona dengan kecantikan wanita Cina. Parasnya yang eksotik, anggun, namun sederhana. Kecantikannya melambangkan kebesaran negeri Cina di masa lalu yang maju, teknokrat, menguasai ilmu pengetahuan, akan tetapi kaya akan nilai falsafah budaya ketimuran. Sebut saja kisah-kisah bijak dan peribahasa-peribahasa dari negeri Cina yang sangat indah dan sarat akan makna.
Wanita asia (terutama Cina) memang memiliki pesona tersendiri. Dengan warna kulit yang putih tapi tidak seperti orang eropa (yang berbintik), berambut hitam, mata sipit, dan postur tubuh yang tidak terlalu besar. Selain adab ketimurannya, aksen mereka juga menarik didengar, terutama ketika marah ^_^. Itu juga satu alasan kenapa ketika gw tinggal di Kelapa Gading, gw begitu mencintai daerah tersebut. Banyak wanita-wanita Cina terutama di mal yang begitu menyegarkan mata, cantik dan manis. Hanya saja tidak banyak wanita Cina yang gw kenal di situ. Lama-kelamaan, karena sering melihat, tampaknya mereka (wanita Cina) sangat menarik di hati gw. Seperti halnya gw terpesona melihat Lucy Liu bermain bersama Cameron Diaz dan Drew Barymore yang berwajah bule dalam film Charlie's Angels. Lucy Liu terlihat sangat menarik dan eksotis, sekalipun honornya jauh di bawah dua kawannya tersebut.
Tapi ketertarikan gw akan wanita Cina (dan juga keturunannya) tidak sebatas selayang pandang saja. Suatu hari hati gw pernah luluh oleh seorang wanita keturunan Cina (Cina-Jawa). Memang cantik, dan cantiknya khas lokal (bukan Cina yang kebarat-baratan), juga dengan hidung peseknya. Semakin lama dirinya semakin menarik, sampai akhirnya gw sadari, bahwa ketertarikan ini bukan lagi karena dia seorang wanita Cina, tapi memang hati ini terlanjur cinta. (Cuih,'udah kaya sinetron ajah!)
Hari terus berlalu, dan si wanita Cina itu tidak bisa lepas dari lekatnya lendir-lendir cinta dan hasrat kerinduan akan seorang wanita yang baru saja pergi menyisakan zat karsinogen di celah nadi. Seakan kehadiran si wanita Cina bagai se-sloki anggur merah dan telur bebek yang mengobati pegal-linu di hati karena lelah dikhianati. Dan kehadiran si wanita Cina jualah, yang membuat gw mengerti apa arti cinta dan berbagi. Hanya saja, ya, hanya saja, sejak awal gw tahu kalau si wanita Cina bukanlah setangkup cinta yang bisa gw miliki. Kuncupnya mekar untuk orang yang sudah menemaninya lebih dulu.
Begitulah. Pesona wanita Cina yang awalnya menggoda mata sanggup menggoda hati dan sampe sekarang wanita Cina masih saja mempesona. Sampai gw bermimpi menemukan sosok si wanita Cina, sekalipun lewat senyum wanita lain.
101209
Wanita asia (terutama Cina) memang memiliki pesona tersendiri. Dengan warna kulit yang putih tapi tidak seperti orang eropa (yang berbintik), berambut hitam, mata sipit, dan postur tubuh yang tidak terlalu besar. Selain adab ketimurannya, aksen mereka juga menarik didengar, terutama ketika marah ^_^. Itu juga satu alasan kenapa ketika gw tinggal di Kelapa Gading, gw begitu mencintai daerah tersebut. Banyak wanita-wanita Cina terutama di mal yang begitu menyegarkan mata, cantik dan manis. Hanya saja tidak banyak wanita Cina yang gw kenal di situ. Lama-kelamaan, karena sering melihat, tampaknya mereka (wanita Cina) sangat menarik di hati gw. Seperti halnya gw terpesona melihat Lucy Liu bermain bersama Cameron Diaz dan Drew Barymore yang berwajah bule dalam film Charlie's Angels. Lucy Liu terlihat sangat menarik dan eksotis, sekalipun honornya jauh di bawah dua kawannya tersebut.
Tapi ketertarikan gw akan wanita Cina (dan juga keturunannya) tidak sebatas selayang pandang saja. Suatu hari hati gw pernah luluh oleh seorang wanita keturunan Cina (Cina-Jawa). Memang cantik, dan cantiknya khas lokal (bukan Cina yang kebarat-baratan), juga dengan hidung peseknya. Semakin lama dirinya semakin menarik, sampai akhirnya gw sadari, bahwa ketertarikan ini bukan lagi karena dia seorang wanita Cina, tapi memang hati ini terlanjur cinta. (Cuih,'udah kaya sinetron ajah!)
Hari terus berlalu, dan si wanita Cina itu tidak bisa lepas dari lekatnya lendir-lendir cinta dan hasrat kerinduan akan seorang wanita yang baru saja pergi menyisakan zat karsinogen di celah nadi. Seakan kehadiran si wanita Cina bagai se-sloki anggur merah dan telur bebek yang mengobati pegal-linu di hati karena lelah dikhianati. Dan kehadiran si wanita Cina jualah, yang membuat gw mengerti apa arti cinta dan berbagi. Hanya saja, ya, hanya saja, sejak awal gw tahu kalau si wanita Cina bukanlah setangkup cinta yang bisa gw miliki. Kuncupnya mekar untuk orang yang sudah menemaninya lebih dulu.
Begitulah. Pesona wanita Cina yang awalnya menggoda mata sanggup menggoda hati dan sampe sekarang wanita Cina masih saja mempesona. Sampai gw bermimpi menemukan sosok si wanita Cina, sekalipun lewat senyum wanita lain.
101209
Komentar
Posting Komentar