REVOLUSI & INOVASI; STRATEGI MEMPERPANJANG UMUR BRAND

Revolusi adalah proses perubahan yang terjadi secara cepat, sedangkan inovasi adalah proses menemukan/melakukan sebuah cara baru untuk mempertahankan atau menambah market share yang ada. Dan keduanya seringkali digunakan oleh brand yang ingin tetap hidup dalam persaingan.

Salah satu brand yang (menurut saya) sedang melakukan revolusi & inovasi adalah band Ungu. Band yang digawangi oleh Pasha, Enda, Maki, Rowman dan Onchi, pada awalnya adalah band yang mengusung aliran musik rock (kata teman-teman, lho). Hingga suatu hari band Ungu mengalami masa-masa sulit karena ternyata jenis musik yang diusungnya kurang laku di pasaran. Kemudian band Ungu melakukan revolusi dengan berputar haluan mamainkan musik pop. Walhasil musiknya diterima pasar dan namanya melejit. Ungu bukan saja merubah gaya musiknya, tapi juga penampilannya. Mereka tampil lebih trendy dan gaya namun tampak lebih dewasa.

Setelah beberapa tahun berjalan, kita semua harus mengakui bahwa Ungu adalah salah satu band tersukses di tahun 2000-an. Selain musiknya easy listening , warna vokal Pasha juga memiliki ciri khas yang memang jarang ditemui sehingga band Ungu sangat digemari terutama oleh anak-anak cewek.

Lalu gebrakan dibuat oleh Ungu. Selain membuat album reliji bulan Ramadhan, Ungu juga melakukan ekperimen dengan melakukan duet bersama Iis Dahlia (lupa euy, judulnya). Karena kemasukan suara dangdutnya Iis Dahlia, musik dalam lagu tersebut pun harus menyesuaikan. Kalau biasanya Ungu memainkan lagu-lagu mellow, kali ini mereka meracik musik yang beat-nya didangdut-dangdutin dengan campuran musi rock, bahkan ada unsur rap-nya. Walhasil lagu ini terdengar begitu keren dan berbeda namun karakter Ungu-nya tidak hilang (karena warna vokal Pasha yang memang berkarakter), dan lagu ini buat saya adalah lagu Ungu yang paling ”heboh” dan keren, sekalipun saya bukan fansnya Ungu. Dan yang teranyar pada lagu Cinta Mati, sekaligus menjadi original soundtrack-nya film Sang Pemimpi. Lagu ini, walaupun nggak dangdut, tapi kemasukan unsur melayu namun tidak ”mendayu-dayu cari pacar lagi”. Dan sekali lagi, lagu ini terdengar berbeda daripada lagu-lagu Ungu yang biasanya.

Entah kenapa, kedua lagu Ungu diatas, yang berbeda dari warna lagu yang biasanya, justru terdengar sangat keren di kuping saya. Sebab pada dasarnya saya bukan penyuka lagu-lagu sejenis lagunya band Ungu. Saya berpikir, kedua lagu tersebut revolutiv dan inovatif sehingga menarik minat orang yang awalnya nggak suka jadi suka atau setidaknya tertarik untu mendengarkan.

Memang tidak mudah melakukan langkah-langkah revolusioner dan inovatif. Tapi terkadang kedua langkah tersebut harus diambil sekalipun membuat kita ”gerah” dan merasa nggak nyaman. Intinya sih, kedua hal tersebut sangat tidak enak dilakukan, sebab kedua hal tersebut akan mendatangkan nilai lebih bagi kita. Ketika sebuah brand berada dalam keadaan stagnan, perubahan mesti dilakukan agar brand itu menjadi lebih dinamis hingga akhirnya sanggup untuk survive dan terus maju.



05 Februari 2010

Komentar

Postingan Populer