Sketching bareng Lanting
Minggu, 11 april 2010, saya mengikuti kegiatan sketching bareng anak-anak Lanting yang kebetulan sekarang lokasinya di Taman Suropati. Baru sekitar jam 2 siang saya melaju dari mampang (Akademi Samali) karena ada pekerjana yang mesti diselesaikan.
Wow, ternyata ramai sekali suasana hari Minggu di Taman Suropati. Banyak orang-orang berlatih musik (biola paling banyak), beberapa jalan-jalan dan menikmati liburan. Sambil menunggu, saya memperhatikan burung-burung dara yang berkumpul disatu tempat dekat dua orang gadis yang berlatih flute, disambangi anak-anak yang menegajr burung-burung tersebut. Kemudian saya mengambil buku gambar dan pulpen, lalu dimulaialah. Saya menggambar suasana anak-anak yang sedang berlatih biola dengan seorang instruktur berambut gimbal dan kulit sawo matang.
Tanpa terasa saya larut dalam sketsa yang dibut langsung dengan drawing pen dan marker. Tanpa pensil dan penghapus! Saya perhatikan seorang gadis berwajah Cina memperhatikan saya menggambar. Ya, kira-kira SMP. Saya tidak sempat menegur atau bicara dengan anak itu karena sedang konsentrasi menggambar.
Akhirnya Aji manggil dan memberi tahu tema sketching kita kali ini. Yaitu; NAGA. Kita harus menggambar naga, terserah seperti apa rupaya, dan naga itu harus dibawa kembali, kemudian apa yang kita inginkan dari naga tersebut.
Tidak terpikir naga macam apa yang akan saya buat. Akhirnya saya memutuskan kembali ke sekumpulan anak-anak biola tadi. Saya menggambar seorang gadis dengan tato naga di punggungnya keluar dari kolam yang ada di taman da airnya mengguncang bagaikan ombak. Lalu menggambar telur naga di atas gedung, dan terakhir, saya membuat sketsa wajah seorang bocah SD yang dengan antusias memperhatikan saya menggambar. Bocah itu bernama Lutfi. Setelah saya kasih gambar itu saya langsung kembali ke kelompok.
Masing-masing kita harus menceritakan apa yang kita buat. Da naga yang sedang main musik, naga memebri makan burung dara, naga jualan tahu gejrot, bahkan naga yang manjadi tukang parkir. Semua menggambar naga, viusualisasi naga. Hanya saya yang menggambar perempuan, ehhehe...
Naga yang saya maksud adalah simbol dari kekuatan seorang perempuan. Naga itu kuat dan cantik, layaknya perempuan yang punya kekuatan besar ditengah kelembutannya. Sayangnya banyak orang yang tidak menyadari kekuatannya, seperti yang saya simbolkan di gambar bahwa tidak ada satu orangpun dalam gambar tersebut yang melihat kemunculan sang naga (perempuan). Saya sangat mengagumi kekuatan yang dimiliki seorang prempuan. Kekuatan tersembunyi yang ternyata dapat menghancurkan.
Setelah selesai kita semua bubar, dan saya kembali ke mampang karena tanggung banget sama kerjaan. Disana masih ad Eri dan Dewi yang datang tadi sore. Eri sedang bersih-bersih studio dan saya ikut membantunya. Sambil bersih-bersih berdua di dalam, dari luar Beng nyeletuk kalau saya ini cowok yang mother complex, alias cowok yang seneng nongkrong dengan ibu-ibu (perempuan). Nggak salah juga, memang, karena saya menikmati saat-saat ngbobrol dengan perempuan-perempuan yang ada di sekeliling saya. Dan satu hal, saya sangat menyenangi perempuan yang dewasa. Dewasa dalam banyak hal.
Sore semakin pekat, dan nggak lama Beng turun membawakana kopi plus ubi rebus dan rengginang. Wow, kopi yang sangat nikmat di tengah suasana ngumpul. Diselingi obrolan seputar komik (nggak jauh-jauh sih kalo yang ini) bareng Beng, Zarki dan Ivan.
Maghrib datang. Tak lama yang lain pada pergi dan pulang. Akhirnya saya kembali ke dalam studio untuk menyelesaikan kerjaan.
Wow, ternyata ramai sekali suasana hari Minggu di Taman Suropati. Banyak orang-orang berlatih musik (biola paling banyak), beberapa jalan-jalan dan menikmati liburan. Sambil menunggu, saya memperhatikan burung-burung dara yang berkumpul disatu tempat dekat dua orang gadis yang berlatih flute, disambangi anak-anak yang menegajr burung-burung tersebut. Kemudian saya mengambil buku gambar dan pulpen, lalu dimulaialah. Saya menggambar suasana anak-anak yang sedang berlatih biola dengan seorang instruktur berambut gimbal dan kulit sawo matang.
Tanpa terasa saya larut dalam sketsa yang dibut langsung dengan drawing pen dan marker. Tanpa pensil dan penghapus! Saya perhatikan seorang gadis berwajah Cina memperhatikan saya menggambar. Ya, kira-kira SMP. Saya tidak sempat menegur atau bicara dengan anak itu karena sedang konsentrasi menggambar.
Akhirnya Aji manggil dan memberi tahu tema sketching kita kali ini. Yaitu; NAGA. Kita harus menggambar naga, terserah seperti apa rupaya, dan naga itu harus dibawa kembali, kemudian apa yang kita inginkan dari naga tersebut.
Tidak terpikir naga macam apa yang akan saya buat. Akhirnya saya memutuskan kembali ke sekumpulan anak-anak biola tadi. Saya menggambar seorang gadis dengan tato naga di punggungnya keluar dari kolam yang ada di taman da airnya mengguncang bagaikan ombak. Lalu menggambar telur naga di atas gedung, dan terakhir, saya membuat sketsa wajah seorang bocah SD yang dengan antusias memperhatikan saya menggambar. Bocah itu bernama Lutfi. Setelah saya kasih gambar itu saya langsung kembali ke kelompok.
Masing-masing kita harus menceritakan apa yang kita buat. Da naga yang sedang main musik, naga memebri makan burung dara, naga jualan tahu gejrot, bahkan naga yang manjadi tukang parkir. Semua menggambar naga, viusualisasi naga. Hanya saya yang menggambar perempuan, ehhehe...
Naga yang saya maksud adalah simbol dari kekuatan seorang perempuan. Naga itu kuat dan cantik, layaknya perempuan yang punya kekuatan besar ditengah kelembutannya. Sayangnya banyak orang yang tidak menyadari kekuatannya, seperti yang saya simbolkan di gambar bahwa tidak ada satu orangpun dalam gambar tersebut yang melihat kemunculan sang naga (perempuan). Saya sangat mengagumi kekuatan yang dimiliki seorang prempuan. Kekuatan tersembunyi yang ternyata dapat menghancurkan.
Setelah selesai kita semua bubar, dan saya kembali ke mampang karena tanggung banget sama kerjaan. Disana masih ad Eri dan Dewi yang datang tadi sore. Eri sedang bersih-bersih studio dan saya ikut membantunya. Sambil bersih-bersih berdua di dalam, dari luar Beng nyeletuk kalau saya ini cowok yang mother complex, alias cowok yang seneng nongkrong dengan ibu-ibu (perempuan). Nggak salah juga, memang, karena saya menikmati saat-saat ngbobrol dengan perempuan-perempuan yang ada di sekeliling saya. Dan satu hal, saya sangat menyenangi perempuan yang dewasa. Dewasa dalam banyak hal.
Sore semakin pekat, dan nggak lama Beng turun membawakana kopi plus ubi rebus dan rengginang. Wow, kopi yang sangat nikmat di tengah suasana ngumpul. Diselingi obrolan seputar komik (nggak jauh-jauh sih kalo yang ini) bareng Beng, Zarki dan Ivan.
Maghrib datang. Tak lama yang lain pada pergi dan pulang. Akhirnya saya kembali ke dalam studio untuk menyelesaikan kerjaan.
Komentar
Posting Komentar