KELAHIRAN ISA AL-MASIH, PUTRA MARYAM

 



2.000 tahun lalu, hidup seorang perempuan yang amat terjaga dari perhiasan duniawi.

Seorang perempuan yang lahir dari do’a dan pengharapan besar orang tuanya.

Seorang perempuan yang sejak kecil sudah menjadi pelayan di bait suci.

Melewatkan hari-harinya hanya dengan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

Namanya mahsyur, bukan hanya karena mewarisi kesalehan orang tuanya,

Atau kemuliaan sang paman sebagai seorang nabi yang sangat dihormati

Ia dikenal membawa berkah bagi orang-orang di sekelilingnya

Dan semasa kecil sudah menguasai pengajaran akan kitab suci.

 

Ketika memasuki usia cukup, sang paman membuatkan tempat khusus baginya.

Agar tetap khusyuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya.

Berkah dan makanan turun dari langit, bukti kekuasaan-Nya.

Dan Sang Perawan Suci senantiasa mendapatkan penjagaan-Nya.

 

Hingga akhirnya di tengah pengasingan, Sang Perawan Suci didatangi seorang laki-laki dalam wujud sempurna.

Sang Perawan Suci tidak tergoda, justru ia memohon perlindungan dari Sang Maha Kuasa dengan berkata:

“Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.”

Kemudian sang laki-laki menjawab,

“Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.”

Dalam ketidakpercayannya, Sang Perawan Suci berkiah,

“Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!”
Sang laki-laki melanjutkan,

“Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”

 

***

Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.”

Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

Maka makan, minum dan bersenanghatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.”

Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.

Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.

 

Q.S. Maryam 19:23-34


Komentar

Postingan Populer