Menangkap Pesan Tersembunyi

Pagi ini saya bangun jam setengah 4 (hebat!) karena malamnya saya sudah tidur sejak jam 12. Kemudian sambil ngetik-ngetik, saya mendenagrkan streaming Trijaya FM di http://www.trijayaradio.com/player/audio, sesi bincang-bincang bernama Mutiara Pagi; The Power of Life yang kebetulan sedang membahas tentang "Pesan Tersembunyi".

Fauzai Rahmanto, sebagai nara sumber, menceritakan kalau banyak kejadian kecil dalam hidup kita yang tak kita duga, bahkan tak pernah kita harapkan, justru menjadi cikal bakal terjadinya sesuatu yang lebih besar. Dan "kejadian-kejadian kecil" tersebut biasanya merupakan pertanda akan sesuatu yang tidak melulu kita sadari Contoh kecil pertanda seperti ketika badan kita merasa tidak demam atau flu, misalnya, merupakan pertanda ada yang tidak beres dengan tubuh kita. Ia juga menceritakan pengalamannya yang gagal menjadi dosen, namun sukses menjalani karirnya di dunia profesional. Keinginannya menjadi dosen selepas kuliah selalu gagal hingga akhirnya ia memiliki masa menunggu. Dan di tengah masa menunggu itu ia malah mendapatkan karir yang menurutnya lebih baik. Ya, sesuatu yang diharapkan menyimpan "pesan tersembunyi."

Diilustrasikan juga, bagaimana seorang pemain bila terkenal, Paganini, yang mengalami "kecelakaan" di atas panggung. Dikisahkan bahwa ketika Paganini memainkan biolanya, salah satu senarnya putus. Tak berapa lama dua senar lainnya juga putus dan praktis, Paganini memainkan biola bersenar satu yang kebetulan string G. Namun di tengah "situasi yang tak diharapkan" itu, Paganini tetap bermain, dan bahkan menciptakan komposisi dadakan dengan biola bersenar satunya. Komposisi dadakannya tersebut mendapat applaus meriah dari penonton dan menjadikannya salah satu karya terbesar. Terlepas dari benar tidaknya cerita tersebut (yang katanya beredar di internet), telah dilakukan penelitian bahwa memang bisa menciptakan sebuah komposisi musik hanya dengan satu senar.

Sesuatu yang tidak diharapkan memang sering melanda kita. Dan biasanya, kita merasa tidak terima akan hal itu walau sebenarnya ada pesan tersembunyi. Contoh kecil dari pengalaman pribadi (curcol dikit, niii), ketika saya putus dari pacar saya yang juga teman satu kampus. Sebagai pengalaman pertama pacaran, tentu saya sangat berharap ini akan menjadi sebuah hubungan yang baik. Saya berusaha menyediakan waktu sebisanya untuk dihabiskan bersama dan akan menjaga hubungan ini (masih idealis ceritanya). Akhirnya saya menjadi sangat serius dan mencurahkan segenap perhatian saya untuknya, walau pada akhirnya kami harus putus karena satu dan lain hal. Alasan mendasarnya, kata dia, demi orang tua. Saya pun galau dan tentu saja tak terima dengan ini semua. Tapi saya sebenarnya bersyukur dengan putusnya hubungan ini, karena ternyata dia memang tidak baik untuk saya. Dan setelah saya pikir-pikir, ternyata saya telah menghabiskan begitu saja masa produktif saya. Dan setelah diselidiki lebih dalam, dia seorang play girl. Oh, ternyata putusnya saya dengan dia adalah jalan terbaik yang sengaja diberikan Tuhan, karena pada kenyataannya setelah putus saya malah produktif.

Sebenarnya masih banyak hal-hal kecil, peristiwa-peristiwa yang awalnya tidak kita relakan malah menyimpan rahasia dan pesan tersembunyi. Saya masih inget ketika 7 tahun lalu atas ajakan sepupu saya pasrah bekerja sebagai office boy (OB) karena memang tidak ada pilihan pekerjaan bagi seorang lulusan SMA. Jujur saja, bekerja sebagai OB bagi orang tipe pekarya dan mikir seperti saya sungguh tidak menyenangkan. Tapi dengan sabar, ikhlas dan berusaha bekerja sebaik mungkin meski jenis pekerjaan ini sama sekali bukan pekerjaan idaman. Namun atas ijin-Nya, 10 bulan menjadi OB saya pindah kerja ke pekerjaan yang lebih baik dan layak bagi saya; seorang desainer grafis! Meski diakui, di kantor terbaru itu awalnya peran OB masih saya jalankan. Di kantor itu saya bekerja selama 2 tahun, kemudian pindah ke kator lain selama setahun dan menjadi freelance hingga sekarang.

Ada sebagian orang yang menertawakan pekerjaan saya sebagai OB, tapi mereka tidak tahu, justru pengalaman menjadi OB itulah berkah terbesar yang pernah saya jalani. Saya memang tidak dapat materi, tapi disitu saya belajar mengasah mental. Sebagai OB yang juga tidur di kantor, saya masuk paling pagi dan keluar paling malam, kerja paling capek dengan gaji paling kecil, dan punya waktu libur paling sedikit, namun memiliki tanggung jawab terhadap seisi kantor (mulai dramatis). Mental tidak boleh mengeluh ketika bekerja, melakukan pekerjaan sebaik dan semaksimal mungkin, dan ikhlas terhadap keadaan, menjadikan saya selalu siap bekerja apa dan dimanapun. Dan nyatanya, karir saya selalu menanjak hingga kini.

Semua kembali pada diri masing-masing. Seberapa "prasangka buruk" maupun "prasangka baik" terhadap apa yang dijalankan. Dan seberapa percaya kalau Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik untuk kita.

(Sabtu pagi, 10 September 2011, 07:21 WIB. Ditemani lagu-lagu Rhoma Irama dan Dream Theater)

Komentar

Postingan Populer