3 Kabupaten 4 Kota 5 Kecamatan 1 Persahabatan
Beberapa hari sebelum Lebaran, saya dan beberapa teman SMA janjian untuk ketemu. Selain silaturahmi karena tidak pernah bertemu sejak kami lulus SMA tahun 2004, ketemuan ini sekaligus reunian kecil-kecilan. Kami janji ketemuan hari Sabtu (3/9) jam sepuluh pagi di salah satu rumah teman nongkrong di desa Babakan Raden, kecamatan Cariu. Tapi karena masih ada sisa begadang, saya berangkat agak telat.
Sebagai orang yang pernah bersekolah di daerah Jonggol dan tinggal di Cielungsi, kedatangan saya ke Cariu bagai sebuah nostalgia semasa SMA. Dan nostalgia ini saya gunakan sebagai salah satu penyegaran dari rutinitas pekerjaan yang sebagian besar saya lakukan di Jakarta. Betapa tidak, perjalanan yang jaraknya kira-kira hampir 2 kali perjalanan ke Jakarta, setengah perjalanan saya lalui di atas jalanan beraspal yang dikedua sisinya dihampari oleh sawah dan perbukian sebagai latar belakang. Semakin ke Timur, ke arah Cariu, suasana persawahan makin terasa dengan kehadiran beberapa ekor ternak seperti kambing dan sapi.
Saya berangkat dari rumah di Depok menggunakan speeda motor sekitar jam 10 lewat seperempat. Dan jalur yang saya lalui terbilang cukup panjang. Sebut saja dari tempat keberangkatan saya melewati 3 kabupaten/kotamadya, 4 kota dan 5 kecamatan. Jalur yang saya lalui dimulai dari rumah di kota Depok kecamatan Sukmajaya, melewati Cibubur yang terbagi ke dalam 2 kota (Jakarta dan Bekasi), kemudian mesti melintasi kecamatan Cilengsi, Jonggol yang masuk ke dalam kabupaten Bogor hingga akhirnya tiba di kecamatan Cariu yang masih berada di dalam kabupaten Bogor dan berbatasan dengan kota Karawang.
Sepanjang perjalanan dari Cilengsi sampai Cariu, saya tidak melihat perubahan yang mencolok. Kalaupun ada d Cileungsi telah berdiri beberapa gedung yang tampak seperti pabrik maupun perumahan, kemudian deretan ruko di halaman perumahan Citra Indah dan sebuah mini Market di dekat alun-alun Jonggol. Keberangkatan yang saya tempuh memakan waktu lebih dari satu setengah jam, padahal bisa kurang kalau saja tidak ada kemacetan di sepanjang jalan menuju Taman Buah Mekarsari di kelurahan Mekarsari, Cileungsi dan pertigaan di Cibucil, yang menjadi jalur terusan menuju Cikarang.
Sesampainya di Cariu, telah berkumpul 4 orang yang 2 diantaranya pernah sekelas dengan saya. Ke-4 orang tersebut: Areman, Difta, Chandra dan terakhir Dhomiri (Nomink), yang siang itu rumahnya jadi tempat kami ketemuan. Tidak ada perumahan dari keempat teman saya. Tampang mereka masih sama seperti dulu waktu SMA. Kalaupun ada yang berubah ya cuma saya yang rambutnya panjang sendiri dan mukanya ditumbuhi kumis dan jenggot. Areman sampai saat ini belum punya pekerjaan tetap, Difta dan Chandra yang menjadi pengajar di sekolah dan Nomink yang menjadi pedagang.
2 jam kami nongkrong di rumahnya Nomink, kami hanya ngobrol-ngobrol seperti biasa dan tidak ada sesuatu yang heboh, sama persis seperti jaman SMA dulu. Sambil ngobrol dan makan cemilan, saya tetap tidak bisa lepas dari kopi, ditemani sebungkus Dji Sam Soe dan Sampoerna Mild yang kami hisap tanpa henti; lagi-lagi seperti jaman SMA dulu. Bedanya, kalau jaman SMA rokok dan kopi selalu joinan :D.
Jalanan di Cariu saat itu cukup ramai, karena dari arah Jonggol sedang ada festival bedug (salah satu penyebab kemacetan perjalanan saya) yang sebagian penontonnya berasal dari Cariu. Sehingga nongkrong di jalanan kampung yang dikelilingi oleh sawah yang seharusnya tenang jadi sedikit terganggu. Kalaupun ada yang menarik adalah kehadiran sepasang belalang yang sedang kawin, dan mereka memilih ban motor saya sebagai tempat kawin! Prosesi perkawinan mereka pun belum berakhir hingga jam 3 kami semua pamitan.
Di jalan pulang, saya sempat nyasar. Saya mengambil jalur yang salah ketika memasuki daerah Cibubur. Memang, di Cibubur jalanan banyak cabangnya, sedangkan saya tidak tahu jalan disana. Sayapun mengitari daerah Cibubur yang menyebabkan saya menghabiskan waktu 20-30 menit lebih lama di jalan, dan perjalanan pulang menjadi 2 jam.
Sesampainya di rumah sudah jam 5 sore, dan saya kembali menjalani aktivitas libur Lebaran. Pertemuan 2 jam yang sekilas tidak menghasilkan "apa-apa", lenyap begitu saja. Tapi dari pertemuan singkat dan biasa-biasa saja tersebut, saya merasa bersyukur dan tersadar akan beberapa hal; 1). Persahabatan tetap terjalin walau jarang berkomunikasi; 2). Beruntung punya teman yang biasa-biasa saja tapi masih ingat dan mengingatkan untuk tetap menjalin persahabatan; 3). Masih punya waktu untuk bertemu teman-teman. Dan mungkin masih banyak hal lain yang baru saya sadari kemudian.
Untuk teman-teman, makasih atas waktunya. Sukses selalu untuk kalian! Semoga waktu-waktu berikutnya selalu ada kesempatan bertemu :)
Sebagai orang yang pernah bersekolah di daerah Jonggol dan tinggal di Cielungsi, kedatangan saya ke Cariu bagai sebuah nostalgia semasa SMA. Dan nostalgia ini saya gunakan sebagai salah satu penyegaran dari rutinitas pekerjaan yang sebagian besar saya lakukan di Jakarta. Betapa tidak, perjalanan yang jaraknya kira-kira hampir 2 kali perjalanan ke Jakarta, setengah perjalanan saya lalui di atas jalanan beraspal yang dikedua sisinya dihampari oleh sawah dan perbukian sebagai latar belakang. Semakin ke Timur, ke arah Cariu, suasana persawahan makin terasa dengan kehadiran beberapa ekor ternak seperti kambing dan sapi.
Saya berangkat dari rumah di Depok menggunakan speeda motor sekitar jam 10 lewat seperempat. Dan jalur yang saya lalui terbilang cukup panjang. Sebut saja dari tempat keberangkatan saya melewati 3 kabupaten/kotamadya, 4 kota dan 5 kecamatan. Jalur yang saya lalui dimulai dari rumah di kota Depok kecamatan Sukmajaya, melewati Cibubur yang terbagi ke dalam 2 kota (Jakarta dan Bekasi), kemudian mesti melintasi kecamatan Cilengsi, Jonggol yang masuk ke dalam kabupaten Bogor hingga akhirnya tiba di kecamatan Cariu yang masih berada di dalam kabupaten Bogor dan berbatasan dengan kota Karawang.
Sepanjang perjalanan dari Cilengsi sampai Cariu, saya tidak melihat perubahan yang mencolok. Kalaupun ada d Cileungsi telah berdiri beberapa gedung yang tampak seperti pabrik maupun perumahan, kemudian deretan ruko di halaman perumahan Citra Indah dan sebuah mini Market di dekat alun-alun Jonggol. Keberangkatan yang saya tempuh memakan waktu lebih dari satu setengah jam, padahal bisa kurang kalau saja tidak ada kemacetan di sepanjang jalan menuju Taman Buah Mekarsari di kelurahan Mekarsari, Cileungsi dan pertigaan di Cibucil, yang menjadi jalur terusan menuju Cikarang.
Sesampainya di Cariu, telah berkumpul 4 orang yang 2 diantaranya pernah sekelas dengan saya. Ke-4 orang tersebut: Areman, Difta, Chandra dan terakhir Dhomiri (Nomink), yang siang itu rumahnya jadi tempat kami ketemuan. Tidak ada perumahan dari keempat teman saya. Tampang mereka masih sama seperti dulu waktu SMA. Kalaupun ada yang berubah ya cuma saya yang rambutnya panjang sendiri dan mukanya ditumbuhi kumis dan jenggot. Areman sampai saat ini belum punya pekerjaan tetap, Difta dan Chandra yang menjadi pengajar di sekolah dan Nomink yang menjadi pedagang.
2 jam kami nongkrong di rumahnya Nomink, kami hanya ngobrol-ngobrol seperti biasa dan tidak ada sesuatu yang heboh, sama persis seperti jaman SMA dulu. Sambil ngobrol dan makan cemilan, saya tetap tidak bisa lepas dari kopi, ditemani sebungkus Dji Sam Soe dan Sampoerna Mild yang kami hisap tanpa henti; lagi-lagi seperti jaman SMA dulu. Bedanya, kalau jaman SMA rokok dan kopi selalu joinan :D.
Jalanan di Cariu saat itu cukup ramai, karena dari arah Jonggol sedang ada festival bedug (salah satu penyebab kemacetan perjalanan saya) yang sebagian penontonnya berasal dari Cariu. Sehingga nongkrong di jalanan kampung yang dikelilingi oleh sawah yang seharusnya tenang jadi sedikit terganggu. Kalaupun ada yang menarik adalah kehadiran sepasang belalang yang sedang kawin, dan mereka memilih ban motor saya sebagai tempat kawin! Prosesi perkawinan mereka pun belum berakhir hingga jam 3 kami semua pamitan.
Di jalan pulang, saya sempat nyasar. Saya mengambil jalur yang salah ketika memasuki daerah Cibubur. Memang, di Cibubur jalanan banyak cabangnya, sedangkan saya tidak tahu jalan disana. Sayapun mengitari daerah Cibubur yang menyebabkan saya menghabiskan waktu 20-30 menit lebih lama di jalan, dan perjalanan pulang menjadi 2 jam.
Sesampainya di rumah sudah jam 5 sore, dan saya kembali menjalani aktivitas libur Lebaran. Pertemuan 2 jam yang sekilas tidak menghasilkan "apa-apa", lenyap begitu saja. Tapi dari pertemuan singkat dan biasa-biasa saja tersebut, saya merasa bersyukur dan tersadar akan beberapa hal; 1). Persahabatan tetap terjalin walau jarang berkomunikasi; 2). Beruntung punya teman yang biasa-biasa saja tapi masih ingat dan mengingatkan untuk tetap menjalin persahabatan; 3). Masih punya waktu untuk bertemu teman-teman. Dan mungkin masih banyak hal lain yang baru saya sadari kemudian.
Untuk teman-teman, makasih atas waktunya. Sukses selalu untuk kalian! Semoga waktu-waktu berikutnya selalu ada kesempatan bertemu :)
Difta, Nomink, Chandra, Areman, Amet. |
Kopi Hitam dan Rokok Kretek; Pasangan Sempurna! |
Cuma Makan Bakso dan Beberapa Cemilan |
Ini Dia, Perjuangan Sepasang Belalang Mencari Tempat Bercinta |
Komentar
Posting Komentar