Otak dan Rok Mini
Otak Mini, Amet |
Belakangan
ini, nama Foke sang Gubernur DKI Jakarta sedang “naik daun”
karena kata-kata "rok mini" yang ia gelontorkan terkait
kasus pemerkosaan yang menimpa seorang mahasiswi dan karyawati awal
September lalu. Istilah "rok mini" yang merujuk sebagai
pemicu utama tindak pemerkosaan, tentu menuai protes keras dari
banyak pihak, terutama kaum perempuan yang menjadi korban. Rok mini
bukanlah penyebab utama tindak pemerkosaan dan jangan dijadikan
kambing hitam. Sebab masalah kekerasan seksual yang terjadi adalah
masalah kontrol seseorang dalam dirinya terhadap orang lain (ini
pernyataan seorang teman).
Bicara
soal rok mini, baru-baru ini saya menghadiri sebuah pameran seni yang
dikemas dengan berbagai hiburan maupun kuis. Satu dari dua pembawa
acaranya, seorang perempuan yang tidak bisa ditolak kemolekan
tubuhnya, dengan kaos cukup ketat dan membuat payudaranya agak
menyembul keluar, serta dua lapis rok; bagian dalamnya rok mini dan
luarnya rok transparan pendeknya beberapa senti di atas lutut
(malu-malu menutupi kedua belah pahanya). Melihat acara yang diadakan
di sebuah kafe, gaya pakaian sang pembawa acara masih wajar dan tidak
ada yang aneh, walau tak dipungkiri saya dan beberapa teman sesekali
mencuri pandang k earahnya. Namun, selain sang pembawa acara
tersebut, masih banyak perempuan lain yang pakaiannya tak kalah
mini-nya.
Buat
saya, laki-laki menyenangi perempuan berpakain terbuka adalah suatu
kewajaran. Selain laki-laki terlahir sebagai makhluk pemuja visual,
otak laki-laki juga didominasi oleh pikiran-pikiran berbau seksual.
Tapi cukup sampai disini saja membicarakan pikiran seksual para
laki-laki, karena memiliki pikiran dan berpikir adalah hak
masing-masing individu, dan berpikiran “ngeres” adalah hak siapa
saja. Toh yang dipikirkan oleh laki-laki juga tidak akan tampak
menjadi gambar 3 dimensi yang serta-merta keluar dari dalam otaknya?
Kalau
laki-laki punya hak berpikiran ngeres, tentu ia punya kewajiban untuk
menjaga kengeresan pikirannya agar tidak menjadi tindakan yang
melecehkan perempuan. Karena kita tidak bisa menolak untuk bertemu,
melihat atau bahkan sepintas berpapasan dengan perempuan berpakaian
mini. Bukan hanya di tempat-tempat nongkrong anak gaool metropolitan,
di kompleks perumahan hingga le kampung-kampung, banyak perempuan
yang mamakai pakaian mini. Entah memakai tanktop,
hot pant
maupun kaus yang ketat. Kita pun tak mungkin memprotes satu-satu
perempuan berpakaian mini, maka laki-laki lah yang harus protes
terhadap pikirannya sendiri agar jangan dibiarkan berkhayal terlalu
jauh. Bahkan dalam hal sederhana seperti berbicara dengan perempuan,
tataplah matanya walau sebenarnya menatap dadanya jauh lebih menarik.
Persoalan
perempuan memakai pakaian mini atau tidak, itu adalah hak perempuan
dan tentu saja ada batasannya. Melihat perempuan memakai pakain mini
pun bukanlah alasan bagi laki-laki untuk melakukan pelecehan. Bukan
juga alasan untuk melegalkan pemerkosaan, seperti kata
Bupati Aceh Barat, Ramli Mansur dengan pernyataan keminter-nya.
Katanya, “jika perempuan yang tidak mengenakan pakaian
sesuai syariah Islam, layak diperkosa”. Kalau pakaian mini
dijadikan alasan tindak pencabulan, sama saja dengan melegalkan
pencurian makanan karena makanan itu terlihat lezat. Sama bodohnya
juga dengan mengijinkan tindakan penyerangan terhadap sekelompok
orang hanya karena berbeda pendapat dengannya.
Kalau
terjadi (lagi) tindakan pemerkosaan hanya karena tidak tahan melihat
yang mini-mini, berarti nuraninya sebagai manusia sedang tidak eksis.
Seperti yang dikatakan teman saya, bahwa tindak pemerkosaan adalah
tindakan binatang. Karena manusia adalah dari dada ke atas (hati
nurani dan pikiran), sedangkan binatang adalah dari perut ke bawah
(hawa nafsu). Namun manusia sejati adalah yang bisa menyelarakan hati
nurani, pikiran dan hawa nafsunya, dan sama-sama belajar untuk
menghargai sesamanya. Tidak menghakimi begitu saja, namun memecahkan
dan mencari solusi bersama. Tidak merasa lebih tinggi, tapi
mensejajarkan diri dalam penyelesaian kasus yang terjadi.
Damai
untuk negeriku. Selalu
Komentar
Posting Komentar